Sabtu, 24 Desember 2016

Studi Kasus tentang Inflasi



Studi Kasus tentang Inflasi

Dolar Kembali Menguat, Rupiah Keok

Jakarta- Pembalikan arah (rebound) yang dialami Amerika Serikat terhadap mata uang utama didunia mengganjal laju rupiah. Dalam transaksi pasar uang, rupiah takluk 54 point (0,44 persen) kelevel 12.222 perdolar Amerika Serikat. Rupiah melemah bersama dengan mata uang Asia lainnya.
Analis PT Platon Niaga berjangka, Lukman Leong, mengatakan dolar kembali dominan di pasar mata uang setelah mengalami koreksi sejak akhir pecan lalu. Momentum pelemahan dua hari tersebut kemudian dimanfaatkan oleh para pemain valuta asing untuk memborong dolar dengan harga barang. “Imbasnya, rupiah dan maa uang pasar berkembang kembali tertekan,” kata dia.
Investor  yakin bahwa dolar tidak akan pernah kehilangan daya tariknya sebagai asset paling aman ditengah perlambatan ekonomi global. Melihat belum adanya tanda pemulihan ekonomi Eropa dan Cina, kebutuhan dolar diperkirakan terus naik. Mereka memanfaatkan setiap koreksi untuk mengakumulasi dalam jangka waktu yang lama.
Dari sisi internal, pelaku pasar mulai mengambil sikap. Mereka melihat dan menunggu jelang rapat dewan gubernur Bank Indonesia. Pelaku pasar akan melihat bagaimana respons bank sentral menghadapi ancaman inflasi yang akan muncul setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. “kenaikkan harga BBM memunculkan ekspektasi kenaikkan suku bunga acuan (BI Rate),” ujar Lukman.
Menurut dia, ada kemungkinan bank sentral menaikkan suku bunga acuan mengingat kenaikkan harga BBM amat mungkin akan dilakukan dalam waktu dekat. Namun hal itu masih bergantung pada bagaimana persiapan pemerintah dalam meredam inflasi yang akan disumbangkan setelah kenaikkan harga BBM.
Hari  ini (Rabu, 12 November 2014)  Lukman memperkirakan rupiah bergerak kisaran 12.200 pe dolar AS dengan risiko melemah ke level 12.300 per dolar. Tembusnya level resistan 12.200 sudah menegaskan bahwa posisi rupiah mulai rawan. “ Bank Indonesia perlu turun kepasar apabila pergerakkan rupiah sudah tidak wajar.”


A.   Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang atau jasa secara terus menerus dan kenaikan tersebut meluas ke seluruh sektor perekonomian yang lain karena ketidakseimbangan arus uang dan barang yang tersedia berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi itu adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Biasanya angka inflasi ditunjukkan dengan persentase.
B.     Ciri-ciri Inflasi
1)      harga barang dan jasa naik secara terus menerus
2)      jumlah yang beredar melebihi kebutuhan
3)      jumlah barang relatif sedikit
4)      nilai uang (daya beli uang) turun

C.    Macam-macam Inflasi dan Penyebabnya
1)      Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
a)      inflasi ringan      : kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun
b)      inflasi sedang     : inflasi sedang antara 10%—30% setahun
c)      inflasi berat        : berat antara 30%—100% setahun
d)     inflasi hiperinflasi           : hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

2)      Menurut penyebabnya :
                    a)      Demand Pull Inflation
              Inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah permintaan akan barang dan jasa. Perhatikan contoh kasus berikut :

Contoh kasus:
Mendekati hari raya Idul Fitri, masyarakat berbondong-bondong ke pasar atau mall untuk membeli baju lebaran. Ketika sebelum lebaran harga baju tersebut Rp 50.000,00. Karena pedangang mengambil kesempatan itu untuk memperoleh laba yang lebih tinggi, maka pedagang menaikkan menjadi Rp 75.000,00 dan menambah pasokan barang yang dijual. Mau tidak mau sang pembeli menyetujuinya meskipun harganya lebih tinggi Rp 25.000,00. Kejadian seperti ini dikatakan sebagai Demand Pull Inflation.

                  b)     Cost Push Inflation
              Yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi. Perhatikan contoh kasus berikut :

Contoh kasus:
Di Magetan ada banyak perajin dari bahan baku kulit. Ketika harga kulit naik, maka ongkos produksi sepatu, tas dll juga akan mengalami kenaikan. Keadaan ini disebut dengan inflasi. Agar perajin tidak merugi, mereka akan menaikkan harga jual produknya. Perajin juga akan mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, karena takut dengan harga tinggi konsumen enggan membeli. Jika ini dibiarkan terus terjadi, maka perajin untuk mengurangi beban produksi, maka mereka akan berpikir untuk mengurangi jumlah karyawannya dan seterusnya.

Kejadian seperti ini disebut dengan Cost Push Inflation.  
Cost Push Inflation terjadi karena 2 hal:
1.      Kenaikan harga (baik faktor produksi maupun harga barang lain) disebut Price Push Inflation
2.      Permintaan kenaikan upah atau gaji karyawan (Wage Push Inflation)

c)      Inflasi karena bencana alam
menyebabkan rusaknya barang barang produksi sehinga menyebabkan harga naik.
d)     Inflasi karena defisit anggaran belanja
            untuk mengurangi beban subsidi maka pemerintah membuat kebijakan menaikkan harga. Contoh : BBM


e)      Inflasi campuran
inflasi yang terjadi disebabkan oleh kombinasi (campuran) antara unsur inflasi tarikan permintaan dan inflasi inflasi dorongan biaya produksi
f)       Inflasi impor (imported inflation)
                  inflasi yang terjadi karena pengaruh inflasi dari luar negeri karena adanya perdagangan antarnegara
3)      Menurut asal inflasi:
a)      domestic inflation : inflasi yang berasal dari dalam negeri tanpa adanya pengaruh dari  negara lain
b)      imported inflation : inflasi yang berasa dari luar negeri
c)      inflasi yang berasal dari defisit anggaran belanja negara


D.     Cara Mengatasi Inflasi 
Ada 3 cara untuk mengatasi inflasi suatu negara atau daerah, diantaranya:
a)      kebijakan moneter atau sering disebut kebijakan uang ketat (fight money policy)
pengendalian inflasi dengan cara mengendalikan (mengurangi) jumlah uang yang beredar di masyarakat. Ada 4 cara yaitu:
1.      Politik Diskonto (Discount Policy), yaitu politik bank sentral untuk mempengaruhi jumlah peredaran uang dengan cara menaikkan dan menurunkan tingkat suku bunga bank.
2.      Politik Pasar Terbuka (Open Market Operation), yaitu dengan jalan menjual surat-surat berharga (berupa Sertifikat Bank Indonesia).
3.      Politik kredit selektif, yaitu dengan cara memperketat atau mempersulit pemberian kredit pada masyarakat
4.      Politik sanering, yaitu dengan cara penyehatan kembali nilai uang

b)      kebijakan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah untuk mengatur anggarannya. Ada 3 cara, yaitu:
1)      menaikkan tarif pajak
2)      menekan pengeluaran pemerintah
3)      meminjam dana dari masyarakat

c)    Kebijakan sektor riil, yaitu melakukan program-program nyata untuk mengendalikan harga dan produksi secara langsung, ada 5 cara, yaitu:
1)          menurunkan subsidi pemerintah
2)          menaikkan atau meningkatkan hasil produksi
3)            mengusahakan peredaran barang dalam negeri menjadi lebih banyak, bisa dari meningkatkan kapasitas produksi atau melakukan impor dari luar negeri
4)            adanya kebijakan upah
5)            menetapkan harga maksimal (price roof) untuk barang-barang tertentu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar