Studi
Kasus tentang Inflasi
Dolar Kembali Menguat, Rupiah Keok
Jakarta-
Pembalikan arah (rebound) yang dialami Amerika Serikat terhadap mata uang utama
didunia mengganjal laju rupiah. Dalam transaksi pasar uang, rupiah takluk 54
point (0,44 persen) kelevel 12.222 perdolar Amerika Serikat. Rupiah melemah
bersama dengan mata uang Asia lainnya.
Analis PT Platon Niaga berjangka, Lukman Leong, mengatakan
dolar kembali dominan di pasar mata uang setelah mengalami koreksi sejak akhir
pecan lalu. Momentum pelemahan dua hari tersebut kemudian dimanfaatkan oleh
para pemain valuta asing untuk memborong dolar dengan harga barang. “Imbasnya,
rupiah dan maa uang pasar berkembang kembali tertekan,” kata dia.
Investor yakin bahwa
dolar tidak akan pernah kehilangan daya tariknya sebagai asset paling aman
ditengah perlambatan ekonomi global. Melihat belum adanya tanda pemulihan
ekonomi Eropa dan Cina, kebutuhan dolar diperkirakan terus naik. Mereka
memanfaatkan setiap koreksi untuk mengakumulasi dalam jangka waktu yang lama.
Dari sisi internal, pelaku pasar mulai mengambil sikap. Mereka
melihat dan menunggu jelang rapat dewan gubernur Bank Indonesia. Pelaku pasar
akan melihat bagaimana respons bank sentral menghadapi ancaman inflasi yang
akan muncul setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi. “kenaikkan harga BBM memunculkan ekspektasi kenaikkan suku bunga
acuan (BI Rate),” ujar Lukman.
Menurut dia, ada kemungkinan bank sentral menaikkan suku
bunga acuan mengingat kenaikkan harga BBM amat mungkin akan dilakukan dalam
waktu dekat. Namun hal itu masih bergantung pada bagaimana persiapan pemerintah
dalam meredam inflasi yang akan disumbangkan setelah kenaikkan harga BBM.
Hari ini (Rabu, 12
November 2014) Lukman memperkirakan
rupiah bergerak kisaran 12.200 pe dolar AS dengan risiko melemah ke level
12.300 per dolar. Tembusnya level resistan 12.200 sudah menegaskan bahwa posisi
rupiah mulai rawan. “ Bank Indonesia perlu turun kepasar apabila pergerakkan
rupiah sudah tidak wajar.”
A.
Pengertian
Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan
kenaikan harga barang atau jasa secara terus menerus dan kenaikan tersebut
meluas ke seluruh sektor perekonomian yang lain karena ketidakseimbangan arus
uang dan barang yang tersedia berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi
barang.
Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi itu adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi
adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. Biasanya angka inflasi ditunjukkan dengan persentase.
B.
Ciri-ciri Inflasi
1)
harga barang dan jasa naik secara terus menerus
2)
jumlah yang beredar melebihi kebutuhan
3)
jumlah barang relatif sedikit
4)
nilai uang (daya beli uang) turun
C. Macam-macam Inflasi dan Penyebabnya
1)
Inflasi dapat digolongkan menjadi
empat golongan, yaitu:
a)
inflasi ringan : kenaikan harga berada di bawah angka 10%
setahun
b)
inflasi sedang : inflasi sedang antara 10%—30% setahun
c)
inflasi berat : berat antara 30%—100% setahun
d)
inflasi hiperinflasi : hiperinflasi atau inflasi tak
terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
2)
Menurut penyebabnya :
a) Demand Pull Inflation
Inflasi
yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah permintaan akan barang dan jasa.
Perhatikan contoh kasus berikut :
Contoh
kasus:
Mendekati
hari raya Idul Fitri, masyarakat berbondong-bondong ke pasar atau mall untuk
membeli baju lebaran. Ketika sebelum lebaran harga baju tersebut Rp 50.000,00.
Karena pedangang mengambil kesempatan itu untuk memperoleh laba yang lebih
tinggi, maka pedagang menaikkan menjadi Rp 75.000,00 dan menambah pasokan
barang yang dijual. Mau tidak mau sang pembeli menyetujuinya meskipun harganya
lebih tinggi Rp 25.000,00. Kejadian seperti ini dikatakan sebagai Demand Pull
Inflation.
b) Cost Push Inflation
Yaitu
inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi. Perhatikan contoh kasus
berikut :
Contoh kasus:
Di
Magetan ada banyak perajin dari bahan baku kulit. Ketika harga kulit naik, maka
ongkos produksi sepatu, tas dll juga akan mengalami kenaikan. Keadaan ini
disebut dengan inflasi. Agar perajin tidak merugi, mereka akan menaikkan harga
jual produknya. Perajin juga akan mengurangi jumlah produk yang dihasilkan,
karena takut dengan harga tinggi konsumen enggan membeli. Jika ini dibiarkan
terus terjadi, maka perajin untuk mengurangi beban produksi, maka mereka akan
berpikir untuk mengurangi jumlah karyawannya dan seterusnya.
Kejadian
seperti ini disebut dengan Cost Push
Inflation.
Cost Push Inflation terjadi karena 2
hal:
1. Kenaikan harga (baik faktor produksi
maupun harga barang lain) disebut Price
Push Inflation
2. Permintaan kenaikan upah atau gaji
karyawan (Wage Push Inflation)
c)
Inflasi karena bencana alam
menyebabkan
rusaknya barang barang produksi sehinga menyebabkan harga naik.
d)
Inflasi karena defisit anggaran
belanja
untuk mengurangi beban subsidi
maka pemerintah membuat kebijakan menaikkan harga. Contoh : BBM
e)
Inflasi campuran
inflasi
yang terjadi disebabkan oleh kombinasi (campuran) antara unsur inflasi tarikan
permintaan dan inflasi inflasi dorongan biaya produksi
f)
Inflasi impor (imported inflation)
inflasi
yang terjadi karena pengaruh inflasi dari luar negeri karena adanya perdagangan
antarnegara
.
3) Menurut asal inflasi:
a) domestic inflation :
inflasi yang berasal dari dalam negeri tanpa adanya pengaruh dari negara
lain
b) imported inflation :
inflasi yang berasa dari luar negeri
c) inflasi yang berasal dari
defisit anggaran belanja negara
D. Cara
Mengatasi Inflasi
Ada 3 cara untuk mengatasi inflasi suatu negara atau daerah,
diantaranya:
a)
kebijakan moneter atau sering disebut kebijakan uang ketat (fight money policy)
pengendalian inflasi dengan cara
mengendalikan (mengurangi) jumlah uang yang beredar di masyarakat. Ada 4 cara
yaitu:
1.
Politik
Diskonto (Discount Policy), yaitu politik bank sentral untuk mempengaruhi
jumlah peredaran uang dengan cara menaikkan dan menurunkan tingkat suku bunga
bank.
2.
Politik
Pasar Terbuka (Open Market Operation), yaitu dengan jalan menjual surat-surat
berharga (berupa Sertifikat Bank Indonesia).
3.
Politik
kredit selektif, yaitu dengan cara memperketat atau mempersulit pemberian
kredit pada masyarakat
4.
Politik
sanering, yaitu dengan cara penyehatan kembali nilai uang
b)
kebijakan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah untuk mengatur anggarannya.
Ada 3 cara, yaitu:
1)
menaikkan tarif pajak
2)
menekan pengeluaran pemerintah
3)
meminjam dana dari masyarakat
c)
Kebijakan sektor riil, yaitu melakukan program-program nyata untuk
mengendalikan harga dan produksi secara langsung, ada 5 cara, yaitu:
1)
menurunkan
subsidi pemerintah
2)
menaikkan
atau meningkatkan hasil produksi
3)
mengusahakan
peredaran barang dalam negeri menjadi lebih banyak, bisa dari meningkatkan
kapasitas produksi atau melakukan impor dari luar negeri
4)
adanya
kebijakan upah
5)
menetapkan
harga maksimal (price roof) untuk
barang-barang tertentu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar