Sabtu, 24 Desember 2016

PENYUSUNAN STUDI KASUS

Abstrak 
Studi kasus merupakan metode yang semakin dikenal dan berharga serta menjadi unik, khususnya pada penelitian di bidang keperawatan. Hal ini erat kaitannya dengan filosofi keperawatan yang melihat manusia secara menyeluruh. Studi kasus merupakan penelitian yang menekankan pada pemahaman yang lebih mendalam akan fenomena tertentu terhadap individu. Studi kasus juga berguna dalam mengekspolorasi masalah yang belum atau pun masih sedikit yang diketahui tentang fenomena tertentu. Peneliti dapat menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, seperti wawancara mendalam/ depth interview dan kuesioner. Beberapa tahapan dalam membuat suatu studi kasus diawali dengan menentukan masalah, membuat disain dan instrumen, mengumpulkan data, membuat analisis data, dan mempersiapkan laporan penelitian. Hasil akhir studi kasus adalah pemahaman yang mendalam akan suatu fenomena. Penulisan artikel ini bertujuan sebagai masukan bagi peneliti pemula agar dapat mendisain suatu studi kasus yang baik.

1. Menentukan dan mendefenisikan pertanyaan penelitian Langkah pertama dalam penelitian adalah menentukan pertanyaan penelitian. Peneliti akan membuat suatu pertanyaan penelitian yang terkait dengan penomena atau objek yang ingin diteliti serta tujuan yang ingin dicapai didalam penelitian. Adapun objek yang dipakai dalam penelitian dapat berupa manusia, grup program. Peneliti akan melakukan investigasi terhadap objek yang sedang diteliti dengan menggunakan berbagai macam metode pengumpulan data demi menjawab pertanaan penelitian yang muncul. Pertanyaan penelitian pada case studi kasus penelitian kualitatif juga menekankan kerangka konsep yang holistik dalam lingkungan sosialnya di mana penelitian berlangsung (Robert & Taylor, 2002). Peneliti biasanya terdorong untuk memahami fenomena secara menyeluruh, sehingga perlu memahami konteks dan melakukan analisis yang holistik. Laporan dalam penelitian kualitatif biasanya disertai dengan sintesis dan kesimpulan- kesimpulan dari peneliti. Pada umumnya, studi kasus akan menjawab 1 atau lebih pertanyaan penelitian yang diawali denga kata “how” or “why.” . Pertanyaan penelitian akan fokus pada sejumlah kejadian yang sedang diteliti dan mencari hubungannya. Untuk dapat membuat pertanyaan penelitian yang sesuai, maka peneliti melakukan studi pustaka untuk mencari, melihat apakah telah dilakukan penelitian serupa, serta bagaimana hasil akhir akan suatu penelitian terdahulu. Kemudian peneliti akan menjadikan bahan yang didapat dari berbagai studi pustaka sebagai acuan dalam mencapai tujuan penelitian. Jadi, tinjauan pustaka merupakan wacana bagi peneliti menentukan pertanyaan penelitian yang akan dibuat serta menjadi titik awal dalam mencari informasi yang terkait dengan pertanyaan penelitian yang dibuat. Peneliti harus memastikan bahwa tiap kasus memilki keunikan tersendiri dan kasus yang dipilih dapat mempresentasikan sebagian besar populasi. Masalah yang diangkat dapat dilihat berdasarkan kesamaan geografi, tipe yang sama atau menggunakan paraameter lain yang sama. Misalnya mengangkat masalah persepsi masyarakat akan pemberian ASI ekslusif di kelurahan Pondok Cina, Depok. Jadi, pada penelitian ini terdapat kesamaan lokasi penelitian yaitu di kelurahan Pondok Cina.

2. Menentukan disain dan instrumen penelitian
Unit atau subjek penelitian adalah unit atau subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini, subjek penelitian dapat berupa individu, keluarga, organisasi atau pun kejadian tertentu. Hal ini erat kaitannya dengan disain penelitian yang akan dibuat oleh peneliti. Tujuan yang jelas dari suatu penelitian akan menjadi landasan dalam menentukan subjek/ sampel yang akan dipilih. Hal penting yang perlu diingat bahwa penelitian studi kasus adalah adanya suatu kesatuan, yang holistik pada disain ini. Dalam hal ini, penelitian akan mengevaluasi suatu fenomena sebagai suatu kesatuan , dilihat dari perspektif secara global (individu atau group). Pada fase kedua ini, peneliti akan menentukan apakah akan menggunakan single atau multiple case design dalam riset dan memilih instrumen yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Single case design adalah suatu penelitian studi kasus yang menekankan penelitian hanya pada sebuah unit kasus saja. Single case design digunakan bila peneliti menemukan kasus tertentu yang unik, kasus yang kritis (Munhall, 2001). Sedangkan multiple case design adalah penelitian studi kasus yang menggunakan beberapa kelompok kasus yang serupa. Penelitian jenis ini lebih cocok digunakan pada ketika peneliti ingin mengekslorasi suatu penomena yang sama pada situasi yang berbeda. Selanjutnya, dalam melakukan pengumpulan data, peneliti dituntun untuk menentukan instrumen yang sesuai dengan tujuan dari penelitian. Untuk itu, setiap kesimpulan yang diperoleh dari suatu penelitian terdahulu, dapat dijadikan informasi dalam mendisain instrumen yang terdahulu, dapat dijadikan informasi dalam mendisain instrumen yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Selanjutnya, setiap instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data akan diteliti, dipelajari dan dianalisis lebih mendalam demi terciptanya validitas penelitian yang baik. Hal utama yang perlu dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah melihat kembali tujuan dari penelitian sehingga pemilihan kasus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, serta akan terdapat kesesuian dalam pemilihan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Yang perlu diingat adalah bahwa studi kasus adalah suatu disain kualitatif yang menggunakan sample yang kecil, sehingga dengan pemilihan sampel yang baik, hasil yang ingi dicapai dalam penelitian akan optimal. Dalam hal ini, pemilihan sekelompok kecil populasi, diharapkan dapat mewakili populasi sampel secara keseluruhan.

3. Mengumpulkan Data

Pemilihan instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian adalah hal yang penting diperhatikan oleh
peneliti sebelum memulai suatu penelitian. Instrumen penelitian yang tidak valid akan menimbulkan hasil yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian, serta dapat terjadi bias. Untuk itu peneliti perlu memperhatikan evidence ataupun penelitian terdahulu sebagai acuan dalam menentukan instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian. Ada beberapa metode dalam penelitian kasus, yaitu survey, interview, observasi. Umumnya pada penelitian kasus, wawancara mendalam (in depth interview) adalah metode yang sering digunakan demi mencapai kualitas data yang lebih mendalam akan suatu fenomena tertentu.Berikut ini akan dibahas dua metode pengumpulan data yang sering digunakan,
yaitu wawancara mendalam dan kuesioner (Robert& Taylor, 2002).

3.1.Wawancara mendalam (In depth interview).
Teknik wawancara mendalam merupakan teknik yang lazim digunakan dalam mengumpulkan data pada studi kasus. Tujuan dilakukan wawancara mendalam adalah untuk menggali lebih dalam akan suatu fenomena yang sedang diteliti. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dapat bersifat pertanyaan terbuka. Peneliti juga dapat mengajukan pertanyaan tidak terstruktur (unstructured interview). Peneliti dapat mengembangkan pertanyaan yang lebih mendalam akan suatu topik berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden. Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk memahami lebih mendalam akan persepsi responden akan suatu idea sehingga peneliti perlu memotivasi responden untuk mengekspresikan pengalaman hidupnya yang lebih dalam sehingga akan diperoleh informasi yang banyak dan mendalam akan suatu topik. Selain itu, menjalin hubungan saling membina jalinan saling percaya dengan responden adalah penting dalam wawancara (Denzin & Lincoln, 2004). Peneliti sebaiknya mampu memilih dan menentukan lokasi/ tempat dan waktu untuk wawancara yang sesuai agar responden lebih relaks pada saat diwawancarai. Hal ini bertujuan agar wawancara lebih efektif dan memberikan kemudahan bagi responden untuk mengekspesikan pendapat atau opininya yang memang sangatlah diperlukan oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan di ruangan yang tertutup membuat privacy responden dapat terjaga, ataupun wawancara dilakukan bersama dengan orang kepercayaan responden sehingga akan mengurangi tingkat kecemasan responden. Pelaksanaan wawancara sebaiknya tidak terlalu lama atau terlalu singkat singkat. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara sekitar 45- 90 menit (Polit & Beck, 2004). Waktu wawancara yang terlalu lama akan membosankan dan melelahkan baik bagi responden maupun bagi peneliti sendiri sehingga hasil wawancara yang diperoleh dapat menjadi tidak relevan dan tidak fokus lagi. Di sisi lain, waktu wawancara yang terlalu singkat justru hanya akan menghasilkan data yang sedikit dan tidak mendalam. Oleh karena, wawancara yang efisien, singkat, dan disertai dengan penentuan tujuan wawancara yang jelas oleh peneliti akan mendapatkan hasil yang optimal (Borbasi,2004).

3.2. Kuesioner
Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara membagikan angket yang terdiri dari
sejumlah pertanyaan untuk kemudian dijawab oleh responden. Kuesioner harus dapat mewakili pertanyaaan penelitian serta terkait dengan proposal penelitian. Oleh karena itu, kuesioner harus disusun dengan kalimat yang jelas dan mudah dimengerti sehingga akan memudahkan responden untuk membaca serta memahami maksud dari tiap pertanyaan dalam kuesioner tersebut. Kelebihan dari kuesioner dibandingkan dengan metode pengumpulan data yang lain terletak pada kemampuannya mencapai jumlah sampel yang banyak dalam waktu yang lebih singkat. Akan tetapi, suatu kuesioner tidak dapat melakukan pengkajian yang lebih dalam tentang opini atau persepsi responden lebih dalam, seperti halnya yang bisa dilakukan dalam wawancara. Oleh karena itulah, maka peneliti perlu mempertimbangkan aspek kekurangan ini dalam menentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian.

4. Menentukan teknik analisis data
Studi kasus, sebagai suatu bentuk penelitian kualitatif, tidak berfokus pada kuantitas data yang
diperoleh, tapi berdasarkan kualitas data yang dipeoleh. Studi kasus berdasarkan pada interpretasi atau pengertian akan suatu fenomena dari subjek/ partisipan yang terlibat dalam penelitian (Borbasi,1994). Hal tersebut sesuai dengan yang dijabarkan oleh Munhall (2001) bahwa suatu penelitian kualitatif mengggunakan analisis induktif untuk mengidentifikasi tema yang muncul pada hasil penelitian. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan cara memberi kode dan menempatkan data tersebut berdasarkan kesesuain temanya. Selanjutnya, data dikelompokkan berdasarkan kesamaan temanya dan dianalisis secara manual oleh peneliti untuk mengidentifikasi hasil akhir penelitian. Peneliti akan berusaha membaca, mendeskripsikan, membandingkan, serta mengkombinasikan beberapa kode yang telah dibuat tersebut untuk membuat suatu formula akhir penelitian.

5. Mempersiapkan laporan studi kasus

Pada bagian akhir suatu penelitian, peneliti dapat membuat laporan secara tertulis atau pun verbal akan hasil akhir dari penelitian. Pada umumnya hasil akhir penelitian dibuat dalam bentuk tulisan. Denzin, N & Lincoln ( 2004) memberikan beberapa saran akan aspek yang sebaiknya ada dalam menyusun suatu laporan akhir penelitian, yaitu:
- mendeskripsikan akan masalah atau isu penelitian, sehingga diperoleh konsep yang jelas akan tujuanpenelitian.
- mendeskripsikan secara detil akan konteks dan lokasi penelitian sehingga pembaca memperoleh gambaran yang lebih jelas akan tempat dilakukannya penelitian, dan hal tersebut dapatmenjadi bahan untuk penelitian selanjutnya.
- menjabarkan secara lengkap akan proses penelitian kasus yang dimulai dari perumusan masalah, sampai pada analisa dan hasil akhir penelitian
- mendiskusikan hasil akhir penelitian sehingga diperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas akan fenomena yang telah diteliti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar