A. Pengertian Otoriter
Otoritarianisme adalah bentuk organisasi
sosial yang ditandai dengan penyerahan kekuasaan. Ini kontras dengan
individualisme dan demokrasi. Dalam politik, suatu pemerintahan otoriter adalah
satu di mana kekuasaan politik terkonsentrasi pada suatu pemimpin.
Otoritarianisme biasa disebut juga sebagai paham politik otoriter, yaitu bentuk
pemerintahan yang bercirikan penekanan kekuasaan hanya pada negara atau pribadi
tertentu, tanpa melihat derajat kebebasan individu.
Otoritarianisme berbeda dari totalitarianisme di lembaga-lembaga sosial
dan ekonomi yang terjadi, yang tidak di bawah kendali pemerintah. Sistem ini
biasanya menentang demokrasi, sehingga pada umumnya kuasa pemerintahan
diperoleh tanpa melalui sistem demokrasi pemilihan umum.
Istilah otoritarianisme berasal dari
bahasa Inggris, authoritarian. Kata authoritarian sendiri berasal dari bahasa
Inggris authority, yang sebetulnya merupakan turunan dari kata Latin
auctoritas. Kata ini berarti pengaruh, kuasa, wibawa, otoritas. Oleh otoritas
itu, orang dapat memengaruhi pendapat, pemikiran, gagasan, dan perilaku orang,
baik secara perorangan maupun kelompok. Otoritarianisme adalah paham atau
pendirian yang berpegang pada otoritas, kekuasaan dan kewibawaan, yang meliputi
cara hidup dan bertindak.
B. Ciri – ciri Otoriter
Penganut
otoritarianisme akan berpegang pada kekuasaan sebagai acuan hidup. Ia akan
menggunakan wewenang sebagai dasar berpikir. Ketika berhadapan dengan orang
lain dan menanggapi masalahnya, mereka akan menanyakan kedudukannya (sebagai
apa) dalam lembaga dan organisasi. Dalam membahas masalah itu, dia tidak akan
mempersoalkan hakikat dan kepentingannya, tetapi berhak ikut campur dan
mengurus perkara yang dipersoalkannya.
Namun, hal ini hanya berlaku untuk
dirinya. Untuk orang lain, orang otoritarian akan membatasi pekerjaan
seseorang, yaitu agar orang tersebut bekerja menurut prosedur dan aturan yang
ada. Jika orang itu tidak mengerti dan tidak menjalankan tugasnya dengan baik,
ia akan dianggap salah.
Ciri – ciri
penganut Otoriter diantaranya;
1.
Berkomunikas
Penganut
otoritarian hanya mengenal satu macam komunikasi, yaitu satu arah. Komunikasi
dua arah, saling diskusi dan menanggapi, dan model demokratis dengan
kemungkinan perbedaan dan pertentangan pendapat secara verbal atau secara
konseptual akan dimengerti, tapi sulit untuk dihayati. Komunikasi yang bebas
dan terbuka, berasal dari berbagai arah dan tertuju ke segala penjuru akan
asing baginya, karena gaya komunikasi tersebut tidak masuk dan klop dalam
kerangka berpikirnya. Oleh karena itu, komunikasi satu arah menjadi andalan
bagi orang ini dalam menjalankan tugasnya.
2.
Mengandalkan diri pada kekuasaan
Jika dalam
komunikasi orang otorianisme hanya mengenal komunikasi dalam bentuk instruksi,
dalam bertindak mereka suka main kuasa. Yang dimaksud dengan main kuasa adalah
pemaksaan kuasa dengan melumpuhkan orang, menggunakan ancaman, dan menyepelekan
perkara. Orang otoritarianisme juga akan mempermainkan perasaan bawahannya dengan
sengaja membuat mereka salah dan malu.
C. Masa Pemerintahan Soeharto
Soeharto
sering dirujuk dengan sebutan populer "The Smiling General"
("Sang Jenderal yang Tersenyum") karena raut mukanya yang selalu
tersenyum di muka pers dalam setiap acara resmi kenegaraan. Jenderal Besar
Purnawirawan Haji Muhammad Soeharto, (lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta,
8 Juni, 1921 – Jakarta, 27 Januari 2008) adalah Presiden Indonesia yang kedua,
menggantikan Soekarno. Ia mulai menjabat sejak keluarnya Supersemar pada
tanggal 12 Maret 1967 sebagai Penjabat Presiden, dan setahun kemudian dilantik
sebagai Presiden pada tanggal 27 Maret 1968 oleh MPRS.
Soeharto
dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada
tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan
pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia
terlama dalam jabatannya sebagai presiden. Diawali dengan Surat Perintah
Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966 kepada Letnan Jenderal Soeharto,
maka Era Orde Lama berakhir diganti dengan pemerintahan Era Orde Baru.
Pada
awalnya sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto
adalah kesederhanaan, keberanian dan kemampuan dalam mengambil inisiatif dan
keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang sanggup menghadapi
bahaya serta konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan.
Soeharto
dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada
tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan
pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama
dalam jabatannya sebagai presiden. Diawali dengan Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tahun 1966 kepada Letnan Jenderal Soeharto, maka Era Orde
Lama berakhir diganti dengan pemerintahan Era Orde Baru.
Pada
awalnya sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto
adalah kesederhanaan, keberanian dan kemampuan dalam mengambil inisiatif dan
keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang sanggup menghadapi
bahaya serta konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan. Tahun-tahun
pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik otoritarian di mana tentara
memiliki peran dominan di dalamnya.
Kebijakan dwifungsi ABRI memberikan kesempatan
kepada militer untuk berperan dalam bidang politik di samping perannya sebagai
alat pertahanan negara. Demokrasi telah ditindas selama hampir lebih dari 30
tahun dengan mengatasnamakan kepentingan keamanan dalam negeri dengan cara
pembatasan jumlah partai politik, penerapan sensor dan penahanan lawan-lawan
politik. Sejumlah besar kursi pada dua lembaga perwakilan rakyat di Indonesia
diberikan kepada militer, dan semua tentara serta pegawai negeri hanya dapat
memberikan suara kepada satu partai penguasa Golkar.
Pada masa
Orde baru, gaya kepemimpinannya adalah Otoriter/militeristik. Seorang
pemimpinan yang otoriter akan menunjukan sikap yang menonjolkan
“keangkuhannya”, dengan cara Kecendurangannya memperlakkan para bawahannya sama
dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian
kurang menghargai harkat dan maratabat mereka. dan mempengaruhi orang banyak.
D. Keberhasilan yang
Dihasilkan Dari Gaya Kepemimpinan Soeharto
Walaupun terdapat berbagai kekurangan
dari pemerintahan Soeharto tapi tidak dapat dipungkiri bahwa pada masa pemerintahan
Soeharto Indonesia menjadi salah satu negara kaya dan disegani negara lain.
kelebihan
1. Kelebihan sistem Pemerintahan Orde
Baru perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan
pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000
2. Kemajuan sektor migas Puncaknya adalah penghasilan
dari migas yang memiliki nilai sama dengan 80% ekspor Indonesia. Dengan
kebijakan itu, Indonesia di bawah Orde Baru, bisa dihitung sebagai kasus sukses
pembangunan ekonomi.
Keberhasilan Pak Harto membenahi
bidang ekonomi sehingga Indonesia mampu berswasembada pangan pada tahun
1980-an, menurut Emil Salim, diawali dengan pembenahan di bidang politik.
Kebijakan perampingan partai dan penerapan azas tunggal ditempuh pemerintah
Orde Baru, dilatari pengalaman masa Orde Lama ketika politik multi partai
menyebabkan energi terkuras untuk bertikai.
Gaya kepemimpinan
tegas seperti yang dijalankan Suharto pada masa Orde Baru memang dibutuhkan
untuk membenahi perekonomian Indonesia yang berantakan di akhir tahun 1960.
Namun, dengan menstabilkan politik demi pertumbuhan ekonomi, yang sempat dapat
dipertahankan antara 6%-7% per tahun, semua kekuatan yang berseberangan dengan
Orde Baru kemudian tidak diberi tempat.
3. Swasembada beras
Seperti pepatah From Zero to Hero itulah kebijakan yang dilakukan oleh
HM. Soeharto pada masa pemerintahannya. Saat itu Indonesia menjadi pengimpor
beras terbesar didunia, namun oleh Soeharto ini dijadikan motivasi untuk
menjadikan Indonesia sebagai lumbung beras dunia. Puncaknya adalah ketika pada
1984 Indonesia dinyatakan mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan beras atau
mencapai swasembada pangan. Prestasi itu membalik kenyataan, dari negara
agraria yang mengimpor beras, kini Indonesia mampu mencukupi kebutuhan pangan
di dalam negeri. Pada tahun 1969 Indonesia memproduksi beras sekitar 12,2 juta
ton beras tetapi tahun 1984 bisa mencapai 25,8 juta ton.
4. Sukses transmigrasi
5. Sukses Program KB
6. Sukses memerangi buta huruf
7. Sukses swasembada pangan
8. Pengangguran minimum
9. Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan
Lima Tahun)
10. Sukses
Gerakan Wajib Belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar