Melanjutkan kuliah di luar negeri menjadi pilihan pelajar untuk
mendapat pendidikan yang lebih berkualitas. Kendati demikian, memenuhi
kualifikasi dan pintar saja tak cukup untuk bekal kuliah di luar negeri.
Alih-alih sukses, tak bisa menyesuaikan cara belajar justru bisa
membuatmu tertinggal dari mahasiswa internasional lainnya.
Salah
satu alumnus beasiswa Chevening, Agusmantono, mengungkapkan metode
belajar mahasiswa di Inggris sangat berbeda dengan gaya belajar di
Indonesia. Pasalnya, begitu masuk kuliah, para mahasiswa sudah aktif
menanyakan materi yang terdapat dalam buku.
"Di
sana mahasiswa diberi kepercayaan, dari awal sudah diberi tahu buku apa
yang harus dipelajari. Pas di dalam kelas dosen tidak menerangkan dulu,
tapi mahasiswa langsung tanya jawab," ujar alumnus University of
Edinburgh Skotlandia ini.
Pria yang akrab
disapa Manto ini juga mengungkapkan, mahasiswa di Inggris sangat
terstruktur. Bahkan, di awal semester dia mengaku cukup kesulitan
menyamakan ritme belajar di sana.
"Satu sampai
dua bulan sempat berjuang untuk menyesuaikan cara belajar mereka.
Apalagi buku bacaan juga banyak sekali. Untuk orang Indonesia yang
rata-rata minat bacanya rendah tentu harus dipaksa," sebutnya.
Selama
menjalani kuliah di University of Edinburgh, Manto sendiri tak pernah
memaksakan diri untuk jadi nomor satu. Pasalnya, selain mengejar
akademis, dia juga menyeimbangkan kehidupan kampus dengan
bersosialisasi, terutama dengan mahasiswa lokal.
"Banyak
teman dari Indonesia yang mengejar akademis. Tetapi kalau aku bisa
bersaing satu level dengan mahasiswa lainnya itu sudah cukup. Kita juga
harus bagi waktu antara akademis dengan bergaul. Kalau banyak teman bisa
kita bisa tanya tugas kuliah yang susah," tambahnya.